Sunday 12 March 2017

Tak Perlu Lari atau pun Melawan Sakit.

Aku ingin membuang cerita ini, tapi terlalu sayang jika dilewatkan. Setidaknya ada pelajaran yang bisa aku bagi tentang sebuah sakit yang tak perlu dilawan. Melawan sakit sama dengan menyiksa diri sendiri melebihi batas sakit biasa.



Image result for tuhan maha asyik
                                                     From :   #sudjiwotedjo medias




Pernahkah sesekali berdiskusi dengan alam dan diri sendiri? berdamai dengan waktu dan diri sendiri? tidak mudah memang melakukan hal demikian di usia yang cukup dini. Berdamai dengan diri sendiri membutuhkan perdebatan dan diskusi panjang di dalam pikiran. Butuh banyak solusi dan pembicaraan yang menguras energi untuk akhirnya bisa berdamai dengan diri sendiri.

...................

Siang itu tidak ada yang berbeda dari ruang kerjaku atau pun pekerjaanku sekaligus. Yang berbeda adalah keadaan hati. Siang itu dadaku panas, ada sesuatu yang ingin buncah melalui mataku setelah mendapatkan kabar bahwa seseorang yang aku tunggu telah ambil keputusan menikahi perempuan lain. Tak ada yang indah sekali pun siang itu teman kantorku sedang berkelakar dan membuat lelucon. Di mataku semua terasa menyakitkan. Aku ingin segera pulang atau ke mana saja, setidaknya tidak di ruangan itu.

Setelah pulang, aku ke mana saja, sejalannya kendaraanku. Aku ingin duduk sendiri, diskusi dengan diriku sendiri. Mengapa diri sendiri, bukan sahabat atau teman terdekat? Bagiku itu adalah urutan ke dua setelah aku berdiskusi dengan diriku sendiri. Aku lebih kenal diriku sendiri, maka akan aku ajak diriku sendiri berdiskusi dahulu sebelum aku mengajak orang lain untuk berdiskusi.

Di Kursi itu, kursi di mana aku pertama mengenalnya, kududukkan diriku berserta segala kronik permasalahannya. Aku hidupkan musik menggunakan headseet, agar aku dikira sedang asik mendengarkan musik oleh manusia-manusia yang "sok peduli" dengan wanita yang duduk sendiri di malam hari.

Aku berdiskusi dengan diriku di dalam otakku dan hatiku. Antara diriku dengan logikaku. Diriku menginginkan untuk aku menghilang tiba-tiba saja. Rasanya bertahan sudah percuma jika akhirnya aku tahu dirinya akan hidup bersama yang lain. Aku hanya membuang-buang waktu menunggu yang  tak bisa aku tunggu. Diriku hampir saja menghilang tiba-tiba, dan aku tahu hal demikian akan membuatku gila dalam beberapa bulan. Aku sudah pernah mengalami fase ini. Tidak mudah bangkit dan kembali menata kehidupan.

Sedang logikaku meminta aku untuk tetap tenang. Tak perlu melawan sakit yang ada. Sakit adalah suatu rasa, cukup jalani dan nikmati. Terima rasa sakitnya dan bawa dengan biasa saja. Jangan jadikan sakit adalah makhluk yang mengerikan, itu kata logikaku. Logikaku meminta aku tetap tinggal, mendukungnya hingga permasalahan selesai, atau setidaknya benang merah permasalahan sudah diketemukan. Bukan justru meninggalkannya dalam keadaan yang tidak ia inginkan demikian.


 Aku : Aku harus pergi. Aku harus menghilang. Aku harus mencintai diriku dengan tidak teraniaya demikian.

Logikaku: Pikirkan , kamu sedang terikat kuat oleh sebuah tali di sebuah pohon, semakin kamu meronta pergi, semakin tali itu melukaimu. Tenangkan dahulu, cari cara untuk melepaskan tali tersebut. Tapi bukan dengan cara meronta, itu menyakitkan. Bahkan tulangmu bisa patah.

Aku : Menunggu apa lagi, sudah jelas tidak ada bala bantuan dari siapa pun, di sini hanya aku duduk sendiri menikmati luka ini.

Logika : Kamu menyepelekan Tuhan. Tuhan sedang menunggu waktu yang tepat untuk membantumu.

Aku : Ya, sampai kapan? Sampai aku lelah dan mati terikat di pohon?

Logika: Tidak. Pasti ada cara lain selain kamu meronta-ronta memutus tali yang kuat itu. Lihatlah, semakin kamu meronta, kulitmu merah dan jika kamu memaksa, akan semakin dalam luka-luka itu. Tenanglah dahulu. Pikirkan dengan jernih.

Aku : Aku lelah dengan tali itu.

Logikaku : Maka tidurlah dahulu. Kau bisa tidur bersama ikatan itu. Kau bisa bermimpi bebas di dalam tidurmu. Siapa tau esok kau sudah menemukan cara untuk melepaskan tali yang melukai itu.

Aku : Kalau tak aku temukan cara bagaimana?

Logikaku : Tuhan tidak tertidur.

Image result for talk with myself
................
Baiklah. Aku akan tetap menemaninya, sampai ia akhirnya memberikan kabar barangkali demikian " sebulan lagi aku akan menikah," itu adalah tanda aku wajib pergi. Tidak ada alasan untuk tinggal. Namun sekarang jika aku pergi hanya akan melukai diriku sendiri. Tubuhku akan terluka hebat. Maka benar kata logikaku bahwa aku hanya butuh berpikir jernih. Aku enggan menyakiti diriku sendiri. Aku tahu Tuhan sedang bekerja membuat sesuatu untukku.

Perlawanan-perlawananku selama ini kepadanya tidak lagi ada. Aku biarkan ia menemuiku sesuka hatinya. Aku dan ia tahu, rasa diantara aku dan dia "ada". Biarkan Tuhan yang bekerja. Selama ini aku adalah penulis yang menulis ceritaku di lembaran putih, namun kali ini biarkan Tuhan jadi penulisku yang menentukan segalanya. Aku bukan penulis untuk ceritaku sendiri. Maka biarkan Tuhan dengan kehendak-NYA.

Sakit itu kini terasa lebih ringan. Menerima adalah jawaban sementara untuk tidak menyakiti diri sendiri lebih jauh. Jika nantinya ada luka yang lebih para, itu adalah kerja Tuhan, bukan mauku.

.....................


Kisah Supernova : dan Akulah si Kstaria.

Bagi pecinta filam dan juga buku wajib menonton film Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh dalam serial Supernova. Di dalam film itu aku lebih menyoroti kisah bangkitnya Re, sang lelaki yag akhirnya bangkit setela jatuh ke dalam lembah yang sangat menyakitkan ketika menerima kenyataan bahwa Putri yang sangat dicintai akhirnya tetap memilih melanjutkan kehidupan dengan suaminya.
Bagiku tidak mudah ada di dalam posisinya sebab Re sudah lama menunggu merasakan cinta itu hadir. Dan Re mencintai Putri dengan tepat, tidak hanya sekadar benar, namun sangat tepat.
Kejatuuhan diri Re di dalam malam yang dingin dan hampir mengakhiri kehidupannya bukan persoalan mudah jika itu adalah kenyataan. Dan banyak kejadian yang berakhir buruk di negeri ini. Hancur gegara cinta, terutama anak-anak muda yang dangkal logika dan diskusi dengan diri sendiri.
Re tidak demikian, ia benar-benar terjatuh ke dalam luka yang membuatnya kelalahan sendiri dan akhirnya ia bangkit.
Pagi itu, setelah semalaman ia melawan sakit bersama dingin luka, mentari bersinar sedikit hangat. Menghangatkan luka yang semalaman basah terguyur perih. Pagi itu mentari semanis kue legit yang dibawakan seseorang untuknya.

Re, mengapa ia bisa bangkit lagi dari kematian jiwaya? sebab ia akhirnya berdiskusi dengan dirinya sendiri. Tidak lagi melawan keinginanya. Ia berdamai dengan dirinya bahwa Putri tidak bisa hidup bersamanya walau ia telah mencintai dengan tepat. Perlawanan-perlawanan yang ia lakukan terhadap takddir hanyalah membuatnya semakin terluka dan terpuruk. Pada akhirnya ia hanya butuh menerima dan melanjutkan kehidupan. Ya, melanjutkan kehidupan dan menerima kenyataan bahwa apa yang ia inginkan kali ini tak bisa lagi ia genggam.

Related image 
Supernova : Dee Lestari. (www.pinterest.com)

No comments:

Post a Comment