Thursday, 6 November 2014

AKU MUNAFIK

dari kacamataku, aku melihat dan tidak bisa memberi ruang bahwa perbedaan menghancurkan kedamaian. sebagai pihak yang awam soal apalah itu pergerakan atau apalah itu kekuasaan, sewajarnya memberikan kritik yang pedas dan tajam untuk banyak perbedaan yang mengatasnamakan kebenaran. yang aku tau kompetisi balap karung walaupun ingin mendapatkan juara tapi tidak saling sikut, tidak saling pukul antar pemainnya.

Atau pun dalam kompetisi lomba di dalam kelas, tidak ada yang merobek kerjaan kawannya demi ia ingin mendapatkan nilai terbagus, atau tidaka da yang jail untuk menang sendiri- barangkali ada, tapi itu dilakukan anak SD atau anak ABG yang labil, tapi aku rasa mereka bukan lagi anak2 sePerti itu. Mereka SDM Indonesia yang kritis kok, mereka sama2 memiliki kedewasaan kok, lantas entah apa alasan yang membuat spasi antar semuanya? barangkali mereka yang tau mengapa mereka tidak dapat menyatu? atau bahkan sekedar hidup "BERDAMPINGAN". Cukup Berdampingan dengan damai, agar kami warga dan rakyat jelata tidak dibikin pusing soal pergelutan yang menurut mereka itu........... Entahlah.


Entahlah, aku masih awam soal apa itu perebutan kekuasaan atau wilayah. Aku hanya tau dari tv yang entah itu kebenarannya dapat di nyatakan atau hanya pencitraan saja. Aku benar2 kaum dan masyarakat yang awam soal apa itu perebutan kekuasaan. 

Yang aku paham dan aku mengerti sudah selayaknya negeri ini bergandengan tangan dalam segala hal untuk membasmi ketertinggalan negeri ini. Bukan lagi mencari2 kedudukan yang justru membuat mental jatuh. 

Ya, bagi mereka yang terlibat bilang justru dengan begitu mental mereka "jadi", walaupun entah jadi apa. Jadi memberontak yang kelak jika duduk di kursi kekuasaan bisa memberontak yang benar. Atau jadi berani terhadap penyimpangan-ya itu sekarang, tapi saat sudah duduk pada kekuasaan yang entah di dapat dengan cara seperti apa, baik secara persaingan menjatuhkan ataupung persaingan saling sikut yang justru membuat masyarakat dan rakyat jelata terlupakan, karena mereka sibuk mengurusi "jadi" nya mereka. Entahlah.


Sekarang, sudah tidak lagi aku mencari jawaban mengapa negeri ini justru terpecah, yang merah dan hijau, yang biru dan merah, yang demokrasi dan perjuangan, yang tinggi dan rendah, yang elit dan kumuh, yang pandai dan bodoh, yang sempurna dan kekurangan, yang kaya dan miskin, yang ..... dan yang..... dan yang...... lainnya. Sudah jelas di depan mata bahwa sisitim memang seperti itu.


Kembali, menelusup dalam diri. Sebanyak apapun aku menulis dan mengkritik tapi aku sadar bahwa aku ini hanyalah mahasiswa yang sok tau dengan segala kemunafikan. Aku berkoar dengan a, b sampai dengan z, namun nyatanya apa yang sudah aku sumbangkan untuk negeri ini?


Ya, aku penduduk yang munafik. Mengapa? Aku hanya bisa mencela, mengkritik dan juga mengomel tidak jelas, namun kembali tanya padaku, apa yang telah aku buat untuk negeri ini? atau paling tidak untuk lingkungan sekitarku? akankah umat di sisiku saat ini merasakan manfaat banyak dariku?

jawabannya "No"; "Belum", lalu aku menamai diriku ini "munafik"

No comments:

Post a Comment