AKU MUNAFIK
dari kacamataku, aku melihat dan tidak bisa memberi ruang bahwa
perbedaan menghancurkan kedamaian. sebagai pihak yang awam soal apalah
itu pergerakan atau apalah itu kekuasaan, sewajarnya memberikan kritik
yang pedas dan tajam untuk banyak perbedaan yang mengatasnamakan
kebenaran. yang aku tau kompetisi balap karung walaupun ingin
mendapatkan juara tapi tidak saling sikut, tidak saling pukul antar
pemainnya.
Atau pun dalam kompetisi lomba di dalam kelas, tidak
ada yang merobek kerjaan kawannya demi ia ingin mendapatkan nilai
terbagus, atau tidaka da yang jail untuk menang sendiri- barangkali
ada, tapi itu dilakukan anak SD atau anak ABG yang labil, tapi aku rasa
mereka bukan lagi anak2 sePerti itu. Mereka SDM Indonesia yang kritis
kok, mereka sama2 memiliki kedewasaan kok, lantas entah apa alasan yang
membuat spasi antar semuanya? barangkali mereka yang tau mengapa mereka
tidak dapat menyatu? atau bahkan sekedar hidup "BERDAMPINGAN". Cukup Berdampingan dengan damai, agar kami
warga dan rakyat jelata tidak dibikin pusing soal pergelutan yang
menurut mereka itu........... Entahlah.
Entahlah, aku
masih awam soal apa itu perebutan kekuasaan atau wilayah. Aku hanya tau
dari tv yang entah itu kebenarannya dapat di nyatakan atau hanya
pencitraan saja. Aku benar2 kaum dan masyarakat yang awam soal apa itu
perebutan kekuasaan.
Yang aku paham dan aku mengerti sudah selayaknya
negeri ini bergandengan tangan dalam segala hal untuk membasmi
ketertinggalan negeri ini. Bukan lagi mencari2 kedudukan yang justru
membuat mental jatuh.
Ya, bagi mereka yang terlibat bilang justru dengan
begitu mental mereka "jadi", walaupun entah jadi apa. Jadi memberontak
yang kelak jika duduk di kursi kekuasaan bisa memberontak yang benar.
Atau jadi berani terhadap penyimpangan-ya itu sekarang, tapi saat sudah
duduk pada kekuasaan yang entah di dapat dengan cara seperti apa, baik
secara persaingan menjatuhkan ataupung persaingan saling sikut yang
justru membuat masyarakat dan rakyat jelata terlupakan, karena mereka
sibuk mengurusi "jadi" nya mereka. Entahlah.
Sekarang,
sudah tidak lagi aku mencari jawaban mengapa negeri ini justru terpecah,
yang merah dan hijau, yang biru dan merah, yang demokrasi dan
perjuangan, yang tinggi dan rendah, yang elit dan kumuh, yang pandai dan
bodoh, yang sempurna dan kekurangan, yang kaya dan miskin, yang .....
dan yang..... dan yang...... lainnya. Sudah jelas di depan mata bahwa
sisitim memang seperti itu.
Kembali, menelusup dalam diri.
Sebanyak apapun aku menulis dan mengkritik tapi aku sadar bahwa aku ini
hanyalah mahasiswa yang sok tau dengan segala kemunafikan. Aku berkoar
dengan a, b sampai dengan z, namun nyatanya apa yang sudah aku
sumbangkan untuk negeri ini?
Ya, aku penduduk yang
munafik. Mengapa? Aku hanya bisa mencela, mengkritik dan juga mengomel
tidak jelas, namun kembali tanya padaku, apa yang telah aku buat untuk
negeri ini? atau paling tidak untuk lingkungan sekitarku? akankah umat
di sisiku saat ini merasakan manfaat banyak dariku?
jawabannya "No"; "Belum", lalu aku menamai diriku ini "munafik"
No comments:
Post a Comment