Sunday 21 August 2016

Engkaukah yang Rahasia itu?


(Kau boleh sebut ini gambar buah, atau pun gambar love yang sengaja aku miripkan gambar buah, yang pasti, di dalam gambar ada sebuah harapan.)


Mengapa awal tulisan ini aku beri gambar sebuah harapan? sebab di dalam harapan aku bisa untuk ada hingga kini dalam kuatku. Berharap tentang apa saja. Harapan tidak membatasi kita untuk melangkah, bahkan harapan yang membuat kita terus bergerak maju. Dan, termasuk berharap pada Tuhan menemukanku dengan yang masih rahasia.

Tuhan memang selalu memiliki caranya sendiri menemukanku dengan apa yang aku butuhkan. Seperti kejadian hari ini, 21 Agustus 2016. Entah aku terbawa dalam mimpi atau tidak, yang pasti aku berharap ini adalah sebuah kenyataan. Tuhan memanggil hatiku untuk mencoba bersamanya. Iya, dia yang tiba-tiba saja masuk dalam kehidupanku. Semoga ia pun bahagia.

Ada begitu banyak cerita di dunia ini yang ada akibat dari sebuah ketiba-tibaan, tanpa direncanakan. Salah satunya kisah tentang kita. Berangkat dari sebuah harapan, maka di sana akan ada cahaya yang terang. Tak perlu muluk-muluk, pertama aku butuh cahaya untuk terus menerangi jalanku menghilangkan gelapnya sunyia.


(Gambar kedua adalah cahaya. Aku ingin engkau menjadi cahaya, walau bukan cahaya yang silau gemilang, setidaknya mampu membawa harapku menuju jalan yang terang).

Banyak manusia berharap menemukan lampu yang terang, tapi bukankah untuk menuju itu perlu waktu dan proses. Aku sudah lelah dengan namanya kegelapan, kesunyian, kesendirian, kehampaan, dan menanti-nanti Tuhan membuka jalan rahasianya. Barangkali jika engkau adalah jalan rahasiaku, maka dengan hati terbuka aku mempersilahkanmu masuk. Bersama-sama menuju jalan yang terang dan bahagia yang sederhana. Ya, aku tidak ingin berbahagia yang berlebihan, sebab di dalam bahagia yang berlebihan, selalu ada tangis milik orang lain. Sedih secukupnya, pun bahagia demikian, pesan Nabi Muhammad.

Entah kebetulan atau tidak, tapi Tuhan membukakan rahasiaku tepat di hari engkau lahir, 22 Agustus 2016. Anggap saja aku benar, sebab aku sedang mengira-ngira tanggal lahirmu. Semoga aku bisa menjadi kado dari Tuhan untukmu.

Tidak, tidak kasih. Bukan bermaksud berlebihan menuliskan semuanya. Aku memang sejak dahulu suka menulis. Menulis setiap perjalanan yang aku anggap penting untuk dicatatkan, agar kelak jika ingatanku menua, masih ada tulisan untuk mengingatnya.

                                            ..............................Selamat hari lahir...................
Biarkan doa-doa yang aku panjatkan tertulis dalam suara saja, tidak di sini, sebab banyak rahasia yang harus aku doakan untukmu kepada Tuhan kita. Biarkan di sini aku memberimu ucapan selamat hari lahir saja.

                                     (Selamat hari lahir untukmu- 22 Agustus 2016, 00: 02 WIB)


Puisi Untukmu,

Debu-debu terbang menutupi dedaunan lagi,
tapi bukan daun di pohon hati,
Kegersangan pindah ke tanah lain,
Bukan tanah itu lagi: kesepian

Biar....
Biar aku catatkan namamu malam ini di dalam selembar cerita,
yang nanti akan menjadi berhalaman tebalnya,
tentang perjalanmu, aku dan petualangan kita,

Biar,,,
Biar semua rasa seperti air, mengalir tenang tanpa harus berombak yang berisik,
biarkan rasa memadu dengan alunan nada yang indah dan apik,
tanpa perlu diusik,

Tidurlah malam ini dengan tenang,
ada banyak doa terlantun untukmu, sayang.
Mimpilah,
sudah saatnya engkau berbaring menanggalkan lelah,
di sana akan ada malaikat yang melindungi,
Selamat Malam.

Banguntapan, 22 Agustus 2016.
Writer : Putri Tami

No comments:

Post a Comment