Saturday 18 March 2017

Menciptakan Diri Sendiri

 Image result for book, coffee and rainy


Di sebelah jendela, tepatnya di depan, masih hujan. Tidak sederas tadi, hanya dinginnya yang masih kuat. Ditemani gelas yang beku, seperti otakku yang tidak bisa mencair. Aku sudah lama tidak menuliskan banyak kisah, dan biasanya aku hanya berkeluh.

Iya, aku lebih sering berkeluh, bukan berkisah. Dan malam ini, aku akan menuliskan sesuatu tentang buku.

Malam mingguku kali ini berbeda, selain ada tuyul tiba-tiba mengetuk pintu kosku, pun aku merasakan tenggorokanku sakit akibat seharian tertawa lepas. Tertawa tanpa beban untuk ke dua kalianya dalam beberapa waktu ini. Aku mencoba melupakan luka yang dalam itu, dan menggantikan dengan sebuah penerimaan.

Oke, aku hanya akan menuliskan tentang sebuah buku, judulnya "The Art Of Creative Thingking". Mengapa aku menuliskan buku ini? pertama, sebab aku suka judulnya. Seni berpikir kreatif. Aku suka melihat kehidupan dari seninya, sekali pun kebahagiaan atau kedukaan. Dua-duanya adalah sebuah seni kehidupan yang bagiku memberikan pemaknaan tersendiri.

Image result for the art of creative thinking 

Citpakan Diri Sendiri.
Kata Rod Junkins, kreativitas bukan tentang menciptakan sebuah lukisan, novel atau rumah, tetapi menciptakan diri sendiri. Dan aku setuju. Itulah seni. Seni yang membuat setiap manusia adalah menjadi dirinya sendiri. Namun, hingga hari ini saja aku tidak kenal diriku itu bagaimana, aku masih kumpulan dari banyak pemikiran dan buku. Aku belum menjadi aku.

Aku masih berupa kumpulan pemikiran orang lain dan buku? ya, itu benar. Aku belum menjadi Putri Tami, aku masih menjadi Putri Tami yang bertingkah seperti a, berperilaku seperti b, dan aku masih menulis dengan gaya c, atau sebagainya. Aku belum bisa berbicara sebagai Putri Tami, menulis dengan gaya Putri Tami dan menciptakan ide sendiri yang asli.

 Memikirkan Ide Baru.
 Banyak yang mengatakan bahwa aku melampaui usiaku, aku sering berbicara sebagai seseorang yang berumur 28-30 tahun, padahal umurku masih jauh dari angka tersebut. Ada juga yang berbicara kepadaku bahwa jika dia menjadi aku akan mengalami tingkat setres yang tinggi sebab kebiasaanku aneh. Membaca, menulis dan segala hal yang berbau berpikir, bahkan menonton film pun aku sangat selektif. 

Hal tersebut bukan tanpa alasan, sebab aku selalu memikirkan aku ingin hidup dengan hal-hal baru. Eduardo Chillida mengatakan bahwa ia akan melakukan sesuatu yang belum diketahui caranya, sebab jika ia telah mengetahui caranya, berarti hal tersebut sudah pernah ia lakukan. Menarik bukan? Orang di luaran sana sibuk berkarya dengan ide-ide baru, lalu mengapa masih terkungkung dengan paradigma lama yang kaku dan cenderung tidak membebaskan ide bebas berkeliaran?

Contohnya adalah saat sedang terluka. Tidak adakah cara lain merayakan luka selain airmata? Aku pun selalu merayakan luka dengan kesedihan, namun tidak selalu dengan menangis, walau kebanyakan dengan hal demikian. Tapi aku selalu punya cara untuk melampiaskan kekecewaanku. Aku bisa renang hingga lelah, dan akhirnya aku akan cepat tertidur. Atau aku ke toko buku, membaca sepuasku tanpa membeli dan pulang dengan biasa saja.

Kecewa pasti semua orang pernah mengalami, namun cara mengatasinya adalah seni bertahan hidup dan menikmati kekecewaan. Contohnya adalah keadaanku kini. Aku sedang dalam menikmati kekecewaan. Mengapa aku meniikmati kekecewaan? sebab aku tidak punya cara lain selain menikmati kekecewaan itu. Aku hanya tau menerima, menikmati dan sembari berjalan untuk melanjutkan kehidupan.

Image result for eyes is art 




Baiklah, aku kira sedikit saja resumku malam ini. Kau harus baca sendiri. Buku itu lumayan tebal. Dan aku tidak mungkin membahasakan banyak kalimat dari buku ini, betapa panjangnya tulisanku nanti, dan kau pasti kelelahan membacanya.

No comments:

Post a Comment