(di seberang sana masih ada terang, mari saling berpegang, kita jalani apa yang menghadang).
lama sudah aku tidak menulis, bahkan hampir lupa letak
huruf-huruf di keyboar ini, hingga pesannya akhirnya mengingatkanku untuk
bangun dari malas panjangku. Dia, yang begitu mendukung apa yang aku sukai, dan
kali ini jemariku tergerak tersebab ia memberiku peringatan bahwa aku sudah
lama tidak menghasilkan karya. selama ini aku begitu sibuk dengan kemalasan dan
alasan yang tiada akhir. Banyaknya alasan membuatku tidak menulis apa pun,
bahkan sekalimat pun tidak, padahal dahulu aku bisa setiap harinya menulis
hingga berlembar-lembar.
Aku dan dia jarang sekali membahas masa lalu, hanya sesekali saja jika hal tersebut terlintas, selebihnya aku dan dia sering berbicara apa yang akan kami lakukan di kemudian hari. Rencana yang sederhana bersama manusia yang tidak sederhana. Dia begitu istimewa dengan segala tingkahnya. Aku suka melihatnya dengan hobinya. Hobinya memelihara ikan-ikan yang menurutku lucu. Aku cerewet sekali jika sudah dilihatkan peliharaannya. Begitu juga ia begitu menikmatiku ketika aku sedang berbelanja buku atau membaca buku. Kami saling memahami dunia masing-masing dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.
Aku suka sekali caranya menyayangi hewan-hewannya, menandakan ia
lelaki yang lembut, dan itu terbukti dari caranya memperlakukan perempuan
sepertiku, aku menjadi anak-anak yang sangat manja di dekatnya. Aku merasa
terlindungi dan aku merasakan sesuatu yang tulus dari lelaki ini. Segala yang
sederhana darinya membuatku bahagia, bahkan seringkali bibirku lelah tersenyum
olehnya. Ia begitu tepat mengerti aku. Tidak, Tuhan begitu tepat mengirimkan
lelaki ini untukku.
Baru saja aku lihat deretan bukuku, aku ingin menulis tentang
cinta, namun di rak bukuku tidak ada buku tentang cinta. Lalu, bagaimana aku
bisa mendeskripsikan rasaku ini? Barangkali dengan dirinya hadir, aku jadi
memahami bagaimana rasanya tulus juga kasih itu sendiri. Tak perlu aku membaca
buku, dia sudah mengajarkanku arti kesederhanaan dalam sebuah rasa. Rasa yang
tak perlu mahal, hanya perlu saling memahami. Tuhan, aku begitu mencintai lelaki ini.
(senja itu memancarkan sisi terangmu, tapi juga menampakkan sisi gelapmu,
bukankah begitu adanya manusia: dua sisi)
Pesan untuk kalian yang sudah berkomitmen, merancang masa depan
bersama adalah penting, sebab kata Ippho Santosa restu sepasang bidadari adalah
utama. Sepasang bidadari itu adalah kedua orang tua dan pasangan kita. Jika sepasang
bidadari sudah menyiapkan sayap, maka terbanglah kita. Tapi, aku masih belum
jauh merancang masa depan dengannya, banyak hal yang belum aku bicarakan.
Siapa saja yang membaca pesan ini boleh berkomentar untukku yang
sedang belajar bannyak hal untuk kehidupan baru. Aku masih buta kehidupan ke
depannya, begitu kukira. Dan aku tidak ingin terus buta, aku ingin mencari
tongkat atau pun lilin sebagai penerang dikemudian hari. Bisa jadi dari kalian
yang membaca tulisan ini.
ini aku dan dia, yang Tuhan pertemukan secara antah barantah, dipersatukan dengan Tuhan yang terserah, dan berharap kehidupan di lain waktu yang cerah dan berkah.
Tulisan ini hanya untuk mengenang momen malam-malam saja dan agar jemariku mengenal huruf-huruf keyboard saja. Sebab sekali lagi, aku manusia yang bisa melupakan banyak hal, dan dengan tulisan aku bisa mengingat apa saja.. Termasuk waktu yang telah terlewati.
No comments:
Post a Comment