Sunday, 15 May 2016

Salam Untuk Semua Perempuan Hebat.



Seberapa indah kata jika hanya berupa kata-kata tanpa bukti nyata?
Putri Tami
 

U: Habib A.
            Berkelana diri hingga jauh di tepian sunyi, hanya tersebab menghindari sebuah rasa: luka. Rasa yang tiada pernah aku inginkan masuk ke dalam kehidupan. Luka tersebab cinta adalah hal bodoh yang pernah aku alami. Bahkan otakku menjadi dungu tak karuan.
            Luka tersebab bertengkar dengan kehidupan sudah sering mengelupasi kulit kekuatanku, tapi toh aku tetap berdiri kokoh dengan kaki di tanah rantau yang asing ini. luka tersebab sakitnya ditusuk oleh para manusia berwajah malaikat berhati laknat pun sudah, namun sungguh, luka sebab cinta adalah luka yang tidak pernah aku inginkan. Sangat menderita.
            Segala gagasan dan ideku mati ditikam luka. Bahkan hingga jauh tubuhku memayat di dalam sepi pun bayanganmu tetap saja muncul menghantui. Kau bisa jadi gelap di malam yang tidak mungkin aku usir. Engkau juga menjadi angin yang aku hirup, yang tidak mungkin aku enyahkan sebab aku membutuhkan. Apakah ia cinta selalu demikian gila hingga seringkali membuat manusia gila dan lupa diri?
Seno Gumira Ajidarma pernah bilang bahwa tanpa kebijaksanaan cinta hanyalah kekanak-kanakkan. Lalu aku bertanya bijak itu seperti apa? apakah bijak itu selalu sempurna adanya? jawabannya tidak. Lalu bijak itu seperti apa? apakah bijak itu sepertimu yang selalu menghindar, takut kenyataan lalu hanya berakhir dengan melukai? Lalu bijak yang dikatakan Seno itu seperti apa? aku kira engkau bisa lebih bijak menghadapi permasalahan yang ada, namun ternyata prasangkaku benar, engkau hanya berani menghindar laiknya orang yang ketakutan dikejar Tuhan.
            Maka biarlah di akhir kesimpulan kata-kataku yang akan tetap menjadi kata aku akan berjalan di atas segalanya. Lari dari kenyataan itu tidaklah penting, yang penting adalah aku menghadapi luka yang terlihat bodoh di mataku. Luka yang sebenarnya berasal dari diriku yang mempersilahkan sebuah permainan itu masuk. Permainan bodohmu yang mampu menyulapku dan memalingkan prasangkaku menjadi baik. Maka berterimakasihlah diriku untuk semua lelaki yang pernah dan sedang menghakimi diri mereka berkuasa atas perempuan. Tidak. Itu hanya lelaki dungu.
Maka engkau para perempuan, menjadi cerdaslah di era yang tidak terbendung ini. Di era gila ini, kokohlah dengan bijak, berjalanlah dengan cerdas. Salah dan terjatuh di dalam lubang gagal adalah wajar, yang terpenting adalah bagaimana cara melanjutkan hidup. Apakah saat terjatuh hanya akan berpasrah lalu hancur, atau engkauh akan bertambah  kokoh sebab kekuatanmu semakin tebal akibat luka yang datang bertubi-tubi? Tidak selamanya hidup adalah memilih. Tidak ada pilihan lain saat terluka kecuali bangkit dengan kokoh dan terus bergerak maju sebisa mugkin.
Salam cinta para perempuan yang tersakiti.

            Writer : Putri Tami

No comments:

Post a Comment