Seberapa
indah kata jika hanya berupa kata-kata tanpa bukti nyata?
Putri Tami
U: Habib A.
Berkelana diri hingga jauh di tepian
sunyi, hanya tersebab menghindari sebuah rasa: luka. Rasa yang tiada pernah aku
inginkan masuk ke dalam kehidupan. Luka tersebab cinta adalah hal bodoh yang
pernah aku alami. Bahkan otakku menjadi dungu tak karuan.
Luka
tersebab bertengkar dengan kehidupan sudah sering mengelupasi kulit kekuatanku,
tapi toh aku tetap berdiri kokoh dengan kaki di tanah rantau yang asing ini.
luka tersebab sakitnya ditusuk oleh para manusia berwajah malaikat berhati
laknat pun sudah, namun sungguh, luka sebab cinta adalah luka yang tidak pernah
aku inginkan. Sangat menderita.
Segala gagasan dan ideku mati
ditikam luka. Bahkan hingga jauh tubuhku memayat di dalam sepi pun bayanganmu
tetap saja muncul menghantui. Kau bisa jadi gelap di malam yang tidak mungkin
aku usir. Engkau juga menjadi angin yang aku hirup, yang tidak mungkin aku
enyahkan sebab aku membutuhkan. Apakah ia cinta selalu demikian gila hingga
seringkali membuat manusia gila dan lupa diri?
Seno
Gumira Ajidarma pernah bilang bahwa tanpa kebijaksanaan cinta hanyalah
kekanak-kanakkan. Lalu aku bertanya bijak itu seperti apa? apakah bijak itu
selalu sempurna adanya? jawabannya tidak. Lalu bijak itu seperti apa? apakah
bijak itu sepertimu yang selalu menghindar, takut kenyataan lalu hanya berakhir
dengan melukai? Lalu bijak yang dikatakan Seno itu seperti apa? aku kira engkau
bisa lebih bijak menghadapi permasalahan yang ada, namun ternyata prasangkaku
benar, engkau hanya berani menghindar laiknya orang yang ketakutan dikejar
Tuhan.
Maka biarlah di akhir kesimpulan
kata-kataku yang akan tetap menjadi kata aku akan berjalan di atas segalanya.
Lari dari kenyataan itu tidaklah penting, yang penting adalah aku menghadapi
luka yang terlihat bodoh di mataku. Luka yang sebenarnya berasal dari diriku
yang mempersilahkan sebuah permainan itu masuk. Permainan bodohmu yang mampu
menyulapku dan memalingkan prasangkaku menjadi baik. Maka berterimakasihlah
diriku untuk semua lelaki yang pernah dan sedang menghakimi diri mereka
berkuasa atas perempuan. Tidak. Itu hanya lelaki dungu.
Maka
engkau para perempuan, menjadi cerdaslah di era yang tidak terbendung ini. Di
era gila ini, kokohlah dengan bijak, berjalanlah dengan cerdas. Salah dan
terjatuh di dalam lubang gagal adalah wajar, yang terpenting adalah bagaimana
cara melanjutkan hidup. Apakah saat terjatuh hanya akan berpasrah lalu hancur,
atau engkauh akan bertambah kokoh sebab
kekuatanmu semakin tebal akibat luka yang datang bertubi-tubi? Tidak selamanya
hidup adalah memilih. Tidak ada pilihan lain saat terluka kecuali bangkit
dengan kokoh dan terus bergerak maju sebisa mugkin.
Salam
cinta para perempuan yang tersakiti.
Writer : Putri Tami
No comments:
Post a Comment